Kamis, 10 Maret 2011

sianghati pal GM 17

7sianghati ( 2009)
indah (2010)
fadli suhati (2008)
sumarlin( 2008)
nathan(2009)
andrew (2009)
kia (2009)
sulfikar taufik(2009)
wahyuddin mhus(2009)
mail (2010)

Kamis, 03 Maret 2011

sianghati

wahai alam dengarlah seruan kami
gita suci lestari indah permai
pandu alam lingkungan
anugrah alam raya satu padu berseru dalam bakti

pesona citra pandu alam lingkungan
memuji alam raya indah permai
hutan gunung, lembah pantai
jadi guru sejati
simpul tali ilmu amal mengabdi

meniti alam dengan jiwa nan suci
menjungjung tinggi nilai persaudaraan
jaya di hutan
jaya di gunung
jaya akademika

satu asa patrikan didalam dada
karang terjal gelap rimba berduri
meski kita arungi bukan suatu halangan
teguh langkah damai puncak menanti

sejuk embun menyapa puncaknan cerah
riak sungai segarkan jiwa lelah
hangat mentari pagi lantun nyanyian alam
anugerah indah suci sang pencipta

bulatkan tekad dalam satu tujuan
tegarkan asa jiwa padu berseru
jaya di hutan
jaya di gunung
jaya akademika

menerjang badai dingin menembus tulang
berteman lelah dan didera beban
tunaikan tugas mulia pandu alam lingkungan
meniti puncak jaya hari depan

gps unhas




MAKALAH
SISTEM INFORMASI SPASIAL KEHUTANAN

Profil, poligon, dan gps
Unhas1-war

SIANGHATI
M111 09 023
KELAS A


FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2011

A.    Profil
Profil merupakan suatu kegiatan yabg dilakukan untuk mengetahui beda tinggi dan jarang suatu tempat dipermukaan bumi dengan menggunakan alat yang disebut theodolite, bak ukur dan tiga kaki. Alat yang digunakan pada profil termasuk pada alat yang cukup canggi namun masih termasuk dalam alat yang ribet untuk digunakan.
Theodolit  
Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja. Di dalamtheodolit sudut yang dapat di baca bisa sampai pada satuan sekon (detik).  Theodolite merupakan alat yang paling canggih di antara peralatan yang digunakan dalam survei. Pada dasarnya alat ini berupa sebuah teleskop yang ditempatkan pada suatu dasar berbentuk membulat (piringan) yang dapat diputar-putar mengelilingi sumbu vertikal, sehingga memungkinkan sudut untuk dibaca. Teleskop tersebut juga dipasang pada piringan kedua dan dapat diputar-putar mengelilingi sumbu horisontal, sehingga memungkinkan sudut vertikal untuk dibaca. Kedua sudut tersebut dapat dibaca dengan tingkat ketelitian sangat tinggi (Farrington 1997).
 Survei dengan menggunakan theodolite dilakukan bila situs yang akan dipetakan luas dan atau cukup sulit untuk diukur, dan terutama bila situs tersebut memiliki relief atau perbedaan ketinggian yang besar. Dengan menggunakan alat ini, keseluruhan kenampakan atau gejala akan dapat dipetakan dengan cepat dan efisien (Farrington 1997)
Instrumen pertama lebih seperti alat survey theodolit benar adalah kemungkinan yang dibangun oleh Joshua Habermel (de: Erasmus Habermehl) di Jerman pada 1576, lengkap dengan kompas dan tripod. Awal altazimuth instrumen yang terdiri dari dasar lulus dengan penuh lingkaran di sayap vertikal dan sudut pengukuran perangkat yang paling sering setengah lingkaran. Alidade pada sebuah dasar yang digunakan untuk melihat obyek untuk pengukuran sudut horisontal, dan yang kedua alidade telah terpasang pada vertikal setengah lingkaran.
Nanti satu instrumen telah alidade pada vertikal setengah lingkaran dan setengah lingkaran keseluruhan telah terpasang sehingga dapat digunakan untuk menunjukkan sudut horisontal secara langsung. Pada akhirnya, sederhana, buka-mata alidade diganti dengan pengamatan teleskop. Ini pertama kali dilakukan oleh Jonathan Sisson pada 1725.
 Alat survey theodolite yang menjadi modern, akurat  dalam instrumen 1787 dengan diperkenalkannya Jesse Ramsden alat survey theodolite besar yang terkenal, yang dia buat menggunakan mesin pemisah sangat akurat dari desain sendiri. Di dalam pekerjaan – pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari.
Theodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti Pesawat Penyipat Datar bila sudut verticalnya dibuat 90º. Dengan adanya teropong pada theodolit, maka theodolit dapat dibidikkan kesegala arah. Di dalam pekerjaan bangunan gedung, theodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku.
Pengenalan Theodolite Laser
1.         Bagian bawah, terdiri dari pelat dasar dengan tiga  sekrup penyetel yang menyanggah suatu tabung sumbu dan pelat mendatar berbentuk lingkaran. Pada tepi lingkaran ini dibuat pengunci limbus.
2.         Bagian tengah, terdiri dari suatu sumbu yang dimasukkan ke dalam tabung dan diletakkan pada bagian bawah. Sumbu ini adalah sumbu tegak lurus kesatu. Diatas sumbu kesatu diletakkan lagi suatu plat yang berbentuk lingkaran yang berbentuk lingkaran yang mempunyai jari – jari plat pada bagian bawah. Pada dua tempat di tepi lingkaran dibuat alat pembaca nonius.
Di atas plat nonius ini ditempatkan 2 kaki yang menjadi penyanggah sumbu mendatar atau sumbu kedua dan sutu nivo tabung diletakkan untuk membuat sumbu kesatu tegak lurus, cek info lainnya di jual lingerie. Lingkaran dibuat dari kaca dengan garis – garis pembagian skala dan angka digoreskan di permukaannya. Garis – garis tersebut sangat tipis dan lebih jelas tajam bila dibandingkan hasil goresan pada logam. Lingkaran dibagi dalam derajat sexagesimal yaitu suatu lingkaran penuh dibagi dalam 360° atau dalam gradessenticimal yaitu satu lingkaran penuh dibagi dalam 400 g. 
3.          Bagian atas, terdiri dari sumbu kedua yang diletakkan diatas kaki penyanggah sumbu kedua. Pada sumbu kedua diletakkan suatu teropong yang mempunyai diafragma dan dengan demikian mempunyai garis bidik. Pada sumbu ini pula diletakkan plat yang berbentuk lingkaran tegak sama seperti plat lingkaran mendatar.


Syarat – Syarat Theodolite
Syarat – syarat utama yang harus dipenuhi alat theodolite (pada galon air) sehingga siap dipergunakan untuk pengukuran yang benar adalah sbb :
1.   Sumbu kesatu benar – benar tegak / vertical.
2.   Sumbu kedua haarus benar – benar mendatar.
3.   Garis bidik harus tegak lurus sumbu kedua / mendatar.
4    Tidak adanya salah indeks pada lingkaran kesatu.
Bagian – Bagian Dari Theodolit
Secara umum, konstruksi theodolit terbagi atas dua bagian :
1.        Bagian atas, terdiri dari :
·      Teropong / Teleskope
·      Nivo tabung
·      Sekrup Okuler dan Objektif
·      Sekrup Gerak Vertikal
·      Sekrup gerak horizontal
·      Teropong bacaan sudut vertical dan horizontal
·      Nivo kotak
·      Sekrup pengunci teropong
·      Sekrup pengunci sudut vertical
·      Sekrup pengatur menit dan detik
·      Sekrup pengatur sudut horizontal dan vertikal
2. Bagian Bawah terdiri dari :
·      Statif / Trifoot
·      Tiga sekrup penyetel nivo kotak
·      Unting – unting
·      Sekrup repetisi
·      Sekrup pengunci pesawat dengan statif
Bagian-bagian yang penting dari alat theodolit:  Teropong yang dilengkapi dengan garis bidik, lngkaran skala vertical, sumbu mendatar, indeks pembaca lingkaran, skala tegak, penyangga sumbu mendatar, indeks pembaca lingkaran, skala mendatar, sumbu, lingkaran skala mendatarg, nivo kotak , nivo tabung,  tribrach , skrup kaki tribrach 
Kesalahan pengukuran cara tachymetri dengan theodolite berkompas
Kesalahan alat
a.         Jarum kompas tidak benar-benar lurus.
b.         Jarum kompas tidak dapat bergerak bebas pada prosnya.
c.         Garis bidik tidak tegak lurus sumbu mendatar (salah kolimasi).
d.         Garis skala 0° – 180° atau 180° – 0° tidak sejajar garis bidik.
e.         Letak teropong eksentris.
f.          Poros penyangga magnet tidak sepusat dengan skala lingkaran mendatar.
 
Kesalahan pengukur
a.        Pengaturan alat tidak sempurna ( temporary adjustment ).
b.        Salah taksir dalam pemacaan
c.        Salah catat, dll. nya. 

Kesalahan akibat faktor alam
a.        Deklinasi magnet.
b.        Atraksi lokal.
Macam Theodolit
Berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam yaitu:
1.   Theodolit Reiterasi ( Theodolit sumbu tunggal )
2.   Theodolite Repitisi
3.   Theodolite Modern
 Syarat Sebelum Mengukur Sudut 
Sumbu tegak (sumbu-I) harus benar-benar tegak. Bila sumbu tegak miring maka lingkaran skala mendatar tidak lagi mendatar. Hal ini berarti sudut yang diukur bukan merupakan sudut mendatar. Gelembung nivo yang terdapat pada lingkaran skala mendatar ditengah dan gelembung nivo akan tetap berada ditengah meskipun theodolit diputar mengelilingi sumbu tegak.
Bila pada saat theodolit diputar mendatar dan gelembung nivo berubah posisi tidak ditengah lagi, berarti sumbu-I tidak vertical, ini disebabkan oleh kesalahan sistim sumbu yang tidak benar, atau dapat juga disebabkan oleh posisi nivo yang tidak benar.
Tidak ada salah indeks pada skala lingkaran tegak. Setelah syarat pertama,kedua dan ketiga dipenuhi maka arahkan garis bidik ketitik yang agak jauh.  Ketengahkan gelembung nivo lingkaran skala tegak Baca lingkaran skala tegak, missal didapat bacaan sudut zenith z. Putar teropong 180 Periksa gelembung nivo lingkaran skala tegak, ketengahkan bila belum terletak di tengah  Baca lingkaran skala tegak, missal z’. Bila bacaan z’ = 360
Apabila keempat syarat tidak terpenuhi maka diadakan pengaturan. Untuk mendapatkan sudut horizontal yang benar maka syarat pertama kedua dan ketiga harus benarsedangkan syarat keempat dipenuhi untuk mendapatkan sudut vertical yang benar.
B.     Poligon
Poligon berasal dari kata polygon yang berarti poly : banyak dan gon(gone) : titik. Yang kita maksud disini adalah poligon yang digunakan sebagai kerangka dasar pemetaan yang memiliki titik titik dimana titik tersebut mempunyai sebuah koordinat X dan Y, silahkan klik disini untuk memahami sistem koordinat dan proyeksi peta yang tidak terlepas akan pengukuran dan penghitungan poligon.

Contoh gambar poligon

Pengukuran polygon bisa digunakan untuk menentukan kerangka dasar mendatar pengukuran situasi. Polygon merupakan serangkaian garis lurus khayal yang menghubungkan titik-titik di permukaan bumi. Setiap titik dalam rangkaian tersebut akan menjadi acuan bagi penentuan koordinat titik-titik disekitarnya. Pada pengukuran situasi, theodolit diletakkan pada titik-titik polygon. Jika tidak terdapat titik di antara titik-titik polygon sebagai titik acuan, maka harus dilakukan pengikatan ke belakang (dari titik pertama polygon ke titik acuan).
Pengukuran polygon merupakan pengukuran sudut mendatar dan jarak mendatar antara titik-titik polygon. Dari selisih antara dua sudut mendatar pada suatu titik,diperoleh sudut dalam polygon pada titik tersebut. Ada dua cara pengukuran polygon yaitu cara polygon tertutup (satu titik acuan), dan cara polygon terbuka (dua titik acuan). Pada praktikum kali ini, yang digunakan adalah cara polygon tertutup. Dengan cara ini, seharusnya titik awal dengan titik akhir berimpit. Sudut dalam polygon pada suatu titik, dapat dicari dengan menghitung delta ke dua sudut yang terukur dengan pusat putaran titik tersebut. Jarak antara theodolit dengan rambu dapat dicari dengan menggunakan rumus:
(ba-bb) X 100 cm.




Prosedur Kerja

·         Menentukan letak titik O,A,B,C secara sebarang dan memasang patok pada titik tersebut.

·         Meletakkan statif pada titik pertama (O).

·         Memasang theodolit pada statif, dengan bantuan lensa yang berada di bawah
theodolit untuk memastikan posisi theodolit tepat berada di atas titik pertama (O).

·         Menentukan sebarang arah untuk Y global, dan mereset sudut horizontal ke 0°.
·         Membidikkan theodolit ke sasaran A.

·         Mencatat benang atas, tengah dan bawah.

·         Mencatat sudut antara Y global dan garis O-A.

·         Membidikkan theodolit ke sasaran C.

·         Mencatat benang atas, tengah dan bawah.

·         Mencatat sudut antara Y global dan garis O-C.

·         Memindahkan theodolit ke titik A.

·         Membidikkan theodolit ke sasaran O.

·         Mencatat benang atas, tengah dan bawah.

·         Mencatat sudut antara Y global dan garis A-O.

·         Membidikkan theodolit ke sasaran B..

·         Mencatat benang atas, tengah dan bawah.

·         Mencatat sudut antara Y global dan garis A-B.

·         Memindahkan theodolit ke titik B.

·         Membidikkan theodolit ke sasaran A.

·         Mencatat benang atas, tengah dan bawah.

·         Mencatat sudut antara Y global dan garis B-A.

·         Membidikkan theodolit ke sasaran C.

·         Mencatat benang atas, tengah dan bawah.

·         Mencatat sudut antara Y global dan garis B-C.

·         Memindahkan theodolit ke titik C.

·         Membidikkan theodolit ke sasaran B.

·         Mencatat benang atas, tengah dan bawah.

·         Mencatat sudut antara Y global dan garis C-B.

·         Membidikkan theodolit ke sasaran O.

·         Mencatat benang atas, tengah dan bawah.

·         Mencatat sudut antara Y global dan garis C-O. Catatan:putaran theodolit selalu ke kanan

Jenis Poligon
·         Poligon tertutup
·         Poligon tertutup (koordinat lokal)
·         Poligon terbuka tidak terikat / lepas (koordinat lokal)
·         Poligon terbuka tidak terikat sempurna
·         Poligon terbuka terikat sempurna
Poligon memiliki beberapa jenis di pandang dari bentuk dan titik refrensi (acuan) yang digunakan sebagai sistem koordinat dan kontrol kualitas dari pengukuran poligon. Titik refrensi adalah titik yang mempunyai sebuah koordinat yang dalam penghitungannya mengacu pada sebuah datum dan proyeksi peta, di Indonesia datum yang di gunakan adalah WGS 84 sedangkan proyeksi peta menggunakan TM-3, sedangkan koordinat lokal adalah koordinat yang tidak mengacu pada dua hal tersebut (koordinat sementara), kalaupun hal itu di terapkan dalam pengukuran poligon untuk area yang cukup luas tentu saja kelengkungan bumi diabaikan begitu saja. Untuk titik refrensi dalam pengukuran poligon ialah TDT (Titik Dasar Teknik) atau BM (Base Mark) Orde 3,2 ataupun Orde 1 yang telah memiliki kooordinat TM-3 dan diukur menggunakan GPS Geodetik.
C.    GPS
Maret 1994, Satelit GPS NAVSTAR 24 unit serta 3 unit cadangan telah siap diorbit beroperasi untuk pengembangan teknologi navigasi diantaranya dapat dipergunakan untuk bahan penelitian, Sport, Pertanian, Militer, Pilot, Surveyor, Pendaki Gunung, Pengemudi, Nakhoda pelayaran, dan masih banyak lagi kegunaan alat ini. GPS adalah system navigasi berbasis satelit, terdiri dari jaringan 27 satelit (24 beroperasi, 3 cadangan) yang di tempatkan di orbit bumi oleh US Department of Defense (US DoD). Awalnya GPS diperuntukan bagi kepentingan militer (NavStar, nama yang diberi US DoD untuk GPS).


Pengembangan sistem GPS ini memakan biaya kurang lebih $ 12 Bilion secara khusus dibuat untuk US Military dengan saluran transmisi band “L.2″ .(1227.60 MHz). Selanjutnya sekitar tahun 1983-1984, pemerintah AS mengijinkan system yang dikembangkan untuk pertama kali dipergunakan oleh sipil. GPS dapat bekerja di segala cuaca, di manapun di seluruh belahan dunia, 24 jam perhari 7 hari selama seminggu, tanpa harus membayar biaya berlangganan atau pemasangan untuk penggunaan umum.


GPS (Global Position System)
gps GPS atau singkatan dari global positioning system merupakan suatu teknologi pemantau posisi di bumi yang memanfaatkan tekonologi satelit. Untuk menjalankan sistem ini, selain satelit GPS juga dibutuhkan perangkat penerima sinyal GPS (GPS receiver). GPS receiver inilah yang berfungsi sebagai titik tujuan untuk menentukan lokasi di bumi.
Fungsinya yang bisa menentukan lokasi di seluruh belahan dunia membuat GPS terkesan canggih. Namun ternyata cara penggunaan teknologi ini mudah. Fungsinya kini tak lagi hanya sebagai penunjuk jalan.
Sistem GPS

·         Satelit GPS mengelilingi bumi 2x sehari

·         Satelit ini mentransmisikan signal ke bumi

·         Signal tersebut digunakan untuk menghitung posisi

·         GPS membedakan waktu yang ditransmisikan untuk menghitung posisi

·         Waktu tersebut dihitung sebagai jarak dari beberapa Satelit GPS untuk hitung posisi di bumi & permukaannya, termasuk exosphere

Dasar Kerja GPS


·         GPS harus memiliki setidaknya 3 satelit untuk hitung posisi 2D dan pergerakannya.

·         Dengan 4 satellites, GPS kita dapat menghitung posisi 3D position (latitude, longitude & ketinggian).

·         Dengan informasi posisi, GPS dapat menghitung data lain seperti : kecepatan, arah, lintasan, jarak tempuh, jarak ke tujuan, matahari terbit.
·         Satelit GPS





·         Satelit GPS pertama diluncurkan tahun 1978.

·         24 satelit di capai pada tahun 1994, sekarang telah lebih dari 30 GPS satelit berorbit diatas bumi kita.

·         Usia dari Satellite rata rata 10 thn, setelah itu ada pergantian / perawatan rutin.

·         Berat Satelit sekitar +/- 2,000 pounds (hamper 1 ton)

·         Lebar antenna solar panelnya +/- 17 feet (+/- 5 meter).

·         Power Transmisinya <= 50 watts.

·         Posisi orbit berada pada ketinggian +/- 12,000 miles diatas permukaan bumi.

·         Kecepatan jelajahnya 7,000 mph.

·         GPS Satelit menggunakan tenaga SOLAR (sinar matahari), tapi disediakan backup baterai untuk menghindari Gerhana Matahari Total.

·         Tenaga yang digunakan untuk menjaga orbitnya ialah beberapa roket kecil.


Cara kerja GPS
Cara kerja GPS terbilang cukup sederhana, pertama kali harus terjadi koneksi antara GPS receiver dan satelit. Dalam hal ini GPS receiver akan mencari sinyal dari beberapa satelit yang mengorbit di sekeliling bumi. Satelit yang mengitari bumi pada orbit pendek ini terdiri dari 24 susunan satelit, dengan 21 satelit aktif dan 3 buah satelit GPS bisa diterima di seluruh permukaan bumi. Biasanya GPS receiver dapat menangkap 4 samapai 8 buah satelit.


Untuk mengetahui posisi suatu GPS receiver dengan akurat, diperlukan minimal 3 satelit yang terhubung. Pengukuran posisi GPS receiver didasarkan oleh sistem pengukuran matematika yang disebut dengan triliterasi. Yaitu pengukuran suatu titik dengan bantuan 3 titik acu.
Sistem GPS menggunakan sejumlah satelit yang berada di orbit bumi, yang memancarkan sinyalnya ke bumi dan ditangkap oleh sebuah alat penerima. Ada tiga bagian penting dari sistim ini, yaitu bagian kontrol, bagian angkasa, dan bagian pengguna.

magnify-clip180px-Skema_gps

Gambaran skema sistem GPS
Ø  Bagian Kontrol
Seperti namanya, bagian ini untuk mengontrol. Setiap satelit dapat berada sedikit diluar orbit, sehingga bagian ini melacak orbit satelit, lokasi, ketinggian, dan kecepatan. Sinyal-sinyal sari satelit diterima oleh bagian kontrol, dikoreksi, dan dikirimkan kembali ke satelit. Koreksi data lokasi yang tepat dari satelit ini disebut dengan data ephemeris, yang nantinya akan di kirimkan kepada alat navigasi kita.
Ø  Bagian Angkasa
Bagian ini terdiri dari kumpulan satelit-satelit yang berada di orbit bumi, sekitar 12.000 mil diatas permukaan bumi. Kumpulan satelit-satelit ini diatur sedemikian rupa sehingga alat navigasi setiap saat dapat menerima paling sedikit sinyal dari empat buah satelit. Sinyal satelit ini dapat melewati awan, kaca, atau plastik, tetapi tidak dapat melewati gedung atau gunung. Satelit mempunyai jam atom, dan juga akan memancarkan informasi ‘waktu/jam’ ini. Data ini dipancarkan dengan kode ‘pseudo-random’. Masing-masing satelit memiliki kodenya sendiri-sendiri. Nomor kode ini biasanya akan ditampilkan di alat navigasi, maka kita bisa melakukan identifikasi sinyal satelit yang sedang diterima alat tersebut. Data ini berguna bagi alat navigasi untuk mengukur jarak antara alat navigasi dengan satelit, yang akan digunakan untuk mengukur koordinat lokasi. Kekuatan sinyal satelit juga akan membantu alat dalam penghitungan.
Kekuatan sinyal ini lebih dipengaruhi oleh lokasi satelit, sebuah alat akan menerima sinyal lebih kuat dari satelit yang berada tepat diatasnya (bayangkan lokasi satelit seperti posisi matahari ketika jam 12 siang) dibandingkan dengan satelit yang berada di garis cakrawala (bayangkan lokasi satelit seperti posisi matahari terbenam/terbit).
Ada dua jenis gelombang yang saat ini dipakai untuk alat navigasi berbasis satelit pada umumnya, yang pertama lebih dikenal dengan sebutan L1 pada 1575.42 MHz. Sinyal L1 ini yang akan diterima oleh alat navigasi. Satelit juga mengeluarkan gelombang L2 pada frekuensi 1227.6 Mhz. Gelombang L2 ini digunakan untuk tujuan militer dan bukan untuk umum.
Ø  Bagian Pengguna
Bagian ini terdiri dari alat navigasi yang digunakan. Satelit akan memancarkan data almanak dan ephemeris yang akan diterima oleh alat navigasi secara teratur. Data almanak berisikan perkiraan lokasi (approximate location) satelit yang dipancarkan terus menerus oleh satelit. Data ephemeris dipancarkan oleh satelit, dan valid untuk sekitar 4-6 jam. Untuk menunjukkan koordinat sebuah titik (dua dimensi), alat navigasi memerlukan paling sedikit sinyal dari 3 buah satelit. Untuk menunjukkan data ketinggian sebuah titik (tiga dimensi), diperlukan tambahan sinyal dari 1 buah satelit lagi.
Dari sinyal-sinyal yang dipancarkan oleh kumpulan satelit tersebut, alat navigasi akan melakukan perhitungan-perhitungan, dan hasil akhirnya adalah koordinat posisi alat tersebut. Makin banyak jumlah sinyal satelit yang diterima oleh sebuah alat, akan membuat alat tersebut menghitung koordinat posisinya dengan lebih tepat.
Karena alat navigasi ini bergantung penuh pada satelit, maka sinyal satelit menjadi sangat penting. Alat navigasi berbasis satelit ini tidak dapat bekerja maksimal ketika ada gangguan pada sinyal satelit. Ada banyak hal yang dapat mengurangi kekuatan sinyal sateli, yaitu :
  • Kondisi geografis, seperti yang diterangkan diatas. Selama kita masih dapat melihat langit yang cukup luas, alat ini masih dapat berfungsi.
  • Hutan. Makin lebat hutannya, maka makin berkurang sinyal yang dapat diterima.
  • Air. Jangan berharap dapat menggunakan alat ini ketika menyelam.
  • Kaca film mobil, terutama yang mengandung metal.
  • Alat-alat elektronik yang dapat mengeluarkan gelombang elektromagnetik.
  • Gedung-gedung. Tidak hanya ketika didalam gedung, berada diantara 2 buah gedung tinggi juga akan menyebabkan efek seperti berada di dalam lembah.
  • Sinyal yang memantul, misal bila berada diantara gedung-gedung tinggi, dapat mengacaukan perhitungan alat navigasi sehingga alat navigasi dapat menunjukkan posisi yang salah atau tidak akurat
fungsi GPS yaitu :
·         Mengetahui koordinat suatu lokasi
·         Penunjuk arah jalan (navigasi)
·         Simulasi routing
·         Mencari dan menunjukan arah jalan dari satu lokasi awal ke lokasi yang dituju. Penunjukan arah ditampilkan dalam tampilan arah panah bergerak sepanjang jalan yang dilalui. Namun fasilitas yang satu ini bisa tanpa GPS aktif,  jadi berbentuk simulasi.
·         Mencari alamat
·         Dengan fungsi yang ada di peta digital, anda cukup mengetikan alamat yang dicari kemudian biarkan aplikasi peta digital tersebut mencarinya. Kemudian hasilnya akan ditunjukan pada tampilan peta.
·         Menshare lokasi orang lain
·          City guide
·         Fasilitas ini juga berfungsi untuk mencari lokasi-lokasi menarik di satu daerah. Namun informasi yang diberikan lebih lengkap.
·          Foto satelit
·         Ini baru dihadirkan pada aplikasi nokia maps yang terbaru, yang memungkinkan untuk mendownload via internet foto suatu daerah. Foto ini merupakan hasil pemotretan yang dilakukan oleh satelit. Tapi foto ini tidak bersifat real time, jadi foto tersebut merupakan hasil pemotretan pada waktu tertentu yang telah lalu.
·         Mencari tempat-tempat penting (point of intenet)
·         Menampilkan peta point of interest: SPBU, bandara, stasiun kereta, hotel restoran dll.
Ada beberapa hal yang membuat GPS menarik untuk digunakan dalam penentuan posisi, seperti yang akan diberikan berikut ini. Patut dicatat disini bahwa beberapa faktor yang disebutkan di bawah ini juga akan berlaku untuk aplikasi-aplikasi GPS yang berkaitan dengan penentuan parameter selain posisi seperti kecepatan, percepatan, maupun waktu yang pada dasarnya juga bisa diberikan oleh GPS. Adapun hal-hal yang menarik dalam GPS yaitu :
1.      GPS dapat digunakan setiap saat tanpa bergantung waktu dan cuaca, GPS dapat digunakan baik pada siang maupun malam hari, dalam kondisi cuaca yang buruk sekalipun seperti hujan ataupun kabut. Karena karakteristiknya ini maka penggunaan GPS dapat meningkatan efisiensi dan fleksibilitas dari pelaksanaan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan penentuan posisi, yang pada akhirnya dapat diharapkan akan dapat memperpendek waktu pelaksanaan aktivitas tersebut serta menekan biaya operasionalnya.
2.      Satelit-satelit GPS mempunyai ketinggian orbit yang cukup tinggi, yaitu sekitar 20.000 km di atas permukaan bumi, dan jumlahnya relatif cukup banyak, yaitu 24 satelit. Ini menyebabkan GPS dapat meliputi wilayah yang cukup luas, sehingga akan dapat digunakan oleh banyak orang pada saat yang sama ,serta pemakaiannya menjadi tidak bergantung pada batas-batas politik dan batas alam. Selama yang bersangkutan mempunyai alat penerima sinyal (receiver) GPS, maka ia akan dapat menggunakan GPS untuk penentuan posisi.
3.      Penggunaan GPS dalam penentuan posisi relatif tidak terlalu terpengaruh dengan kondisi topografis daerah survei dibandingkan dengan penggunaan metode terestris seperti pengukuran poligon. Penentuan posisi dengan GPS tidak memerlukan adanya saling keterlihatan antara satu titik dengan titik lainnya seperti yang umumnya dituntut oleh metode-metode pengukuran terestris. Yang diperlukan dalam penentuan posisi titik dengan GPS adalah saling keterlihatan antara titik tersebut dengan satelit. Oleh sebab itu topografi antara titik tersebut sama sekali tidak akan berpengaruh, kecuali untuk hal-hal yang sifatnya non-teknis seperti pergerakan personil dan pendistribusian logistik. Karena karakterisitknya ini, penggunaan GPS akan sangat efisien dan efektif untuk diaplikasikan pada survei dan pemetaan di daerah-daerah yang kondisi topografinya sulit, seperti daerah pengunungan dan daerah rawa-rawa.
4.      Posisi yang ditentukan dengan GPS akan menagacu ke suatu datum global, yang dinamakan WGS 1984. Atau dengan kata lain posisi yang diberikan oleh GPS akan selalu mengacu ke datum yang sama. Karakterisitk ini sangat menguntungkan untuk kondisi Indonesia yang wilayahnya sangat luas dan terdiri dari banyak pulau, dimana proses penghubung kerangka-kerangka titik di satu pulau dengan titik di pulau lainnya akan sangat sulit atau bahkan tidak mungkin dilakukan kalau kita menggunakan metode terestris. Dalam hal ini seandainya GPS digunakan untuk penentuan posisi, maka suvei dan pemetaan yang dilakukan di Jawa misalnya, akan memberikan posisi titik-titik yang datumnya sama dengan titik-titik yang diperoleh dari survei dan pemetaan di Irian Jaya, meskipun tidak ada hubungan langsung secara langsung antara kedua survei GPS yang bersangkutan.
5.      GPS dapat memberikan ketelitian posisi yang spektrumnya cukup luas. Dari yang sangat teliti (orde militer) sampai yang biasa-biasa saja (orde puluhan meter). Luasnya spektrum ketelitian yang bisa diberikan ini memungkinkan penggunaan GPS secara efektif dan efisien sesuai dengan ketelitian yang diminta serta dana yang tersedia. Disamping itu, dengan spektrum ketelitian yang begitu luas GPS juga akan bermanfaat untuk banyak bidang aplikasi.
6.      Pemakaian sistem GPS tidak dikenakan biaya, setidaknya sampai saat ini. Selama pengguna memiliki alat penerima (receiver) sinyal GPS maka yang bersangkutan dapat menggunakan sistem GPS untuk berbagai aplikasi tanpa dikenakan biaya oleh pihak yang memiliki satelit, dalam hal ini Departemen Pertahanan Keamanan, Amerika Serikat. Jadi investasi yang perlu dilakukan oleh pengguna hanyalah untuk alat penerima sinyal GPS beserta perangkat keras dan lunak untuk pemrosesan datanya.
7.      Alat penerima sinyal (receiver) GPS cenderung menjadi lebih kecil ukurannya, lebih murah harganya, lebih baik kualitas data yang diberikannya, dan lebih tinggi keandalannya. Ini terutama disebabkan oleh kemajuan di bidang eletronika dan komputer yang sangat pesat dewasa ini. Perangkat lunak komersial untuk pengolahan data GPS juga semakin banyak tersedia dengan harga yang relatif murah. Disamping itu, karena banyaknya merek dan jenis receiver yang beredar, kompetisi antar sesama pembuat receiver juga semakin tinggi, yang salah satu dampaknya terhadap tersedianya semakin banyak receiver GPS yang lebih ‘user oriented’.
8.      Pengoperasian alat penerima GPS untuk penentuan posisi suatu titik relatif mudah dan tidak mengeluarkan banyak tenaga. Dibandingkan dengan pengukuran terestris seperti dengan metode poligon misalnya, pengamatan dengan metode GPS relatif tidak terlalu memakan banyak tenaga dan waktu. Apalagi kalau perbandingannya dilakukan untuk daerah survei yang luas dengan kondisi medan yang berat.
9.      Pengumpul data (Surveyor) GPS tidak dapat ‘memanipulasi’ data pengamatan GPS seperti halnya yang dapat dilakukan dengan metode pengumpulan data terestris yang umum digunakan, yaitu metode poligon. Ini tentunya akan meningkatkan tingkat keandalan dari hasil survei dan pemetaan yang diperoleh. Disamping itu juga pemberi kerja aan mendapatkan ‘keamanan’ dan jaminan kualitas yang lebih baik.
10.  Makin banyak instansi di Indonesia yang menggunakan GPS dan juga makin banyak bidang aplikasi yang potensial di Indonesia yang dapat ditangani dengan menggunakan GPS. Dengan makin banyaknya instansi yang menggunakan maka proses penyeragaman, koordinasi, dan pengelolan yang terkait dengan informasi spasial akan lebih mudah untuk dilaksanakan.


REFERENSI

Muhamadi Mansur, (2004). www.google.com- theodolite.pdf/Pendidikan dan Pelatihan Diklat Teknis
I Made Sandy.  tth. Esensi Kartografi. Yogyakarta: Departemen Geografi FMIPA Universitas Indonesia.

http://img.gd.itb.ac.id/?p=12
http://navigasi.net/goart.php?a=rudsrgps


Materi:Theodolit. Institut teknologi sepuluh November Surabaya
www.google.com- Theodolite_in_use.JPG
www.google.com- Theodolite_Series20-c.jpg
www.google.com- Theodolite_DT7C[1].JPG
www.google.com- Theodolite_theodolite_3.jpg
www.google.com- Theodolite_theodolite_2.jpg